Sabtu, 29 Desember 2012

MATERI DASAR P3K (PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN)



1.      Definisi
Pertolongan Pertama  adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. 
2.      Tujuan utama
  • Mempertahankan penderita tetap hidup atau terhindar dari maut
  • Membuat keadaan penderita tetap stabil
  • Mengurangi rasa nyeri, ketidak-nyamanan dan rasa cemas
  • Menghindarkan kecacatan yang lebih parah
3.      Pelaku Pertolongan Pertama
Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar. Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.
4.      Kewajiban
  • Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya
  • Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
  • Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
  • Meminta bantuan / rujukan
  • Ikut menjaga kerahasiaan dengan petugas lain yang terlibat
  • Mempersiapkan untuk ditransportasikan
5.      Prinsip Dasar
Prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan adalah sebagai berikut:
  • Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya
  • Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
  • Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain




A.   Tata Cara Pertolongan Pertama

 



1.      Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.
2.      Lakukan Penilaian terhadap penderita yang meliputi :
a)   Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu. Saat tiba di lokasi kejadian,sudah dapat dipastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :
-          Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
-          Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
-          Nama Penolong
-          Nama Organisasi
-          Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
-          Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita.
-          Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
-          Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
-          Minta bantuan.
b)   Penilaian Dini
Ø  Kesan umum
Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis. jika termasuk kasus trauma maka mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat atau teraba misalnya luka bakar, patah tulang, dll. Jika termasuk kasus medis maka tanpa tanda – tanda yang terlihat atau teraba misalnya sesak napas, pingsan,dll
Ø  Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderita. Terdapat 4 tingkat Respons penderita yaitu:
A = Awas (Korban dengan respon)
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.

S = Suara (Korban dengan respon)
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.

N = Nyeri (Korban dengan respon)
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.
T=Tidak respon (Korban yang tidak respon)
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali.
Penilaian dan Penggulangan Awal Korban Dengan Respon
Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas. Setelah itu dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
Pemeriksaan Fisik
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit ), dalam urutan berikut:

v  Kepala
ü Kulit Kepala dan Tengkorak
ü Telinga dan Hidung
ü Pupil Mata
ü Mulut
v  Leher
v  Dada
·      Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
·      Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakan
·      Lakukan perabaan pada tulang
v  Abdomen
·      Periksa rigiditas (kekerasan)
·      Periksa potensial luka dan infeksi
·      Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
·      Periksa adanya pembengkakan
v  Punggung
·      Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
·      Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
v  Alat gerak atas
v  Alat gerak bawah
Pemeriksaan Tanda Vital
v  Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak.
Denyut Nadi Normal :
-          Bayi : 120 - 150 x /menit
-          Anak : 80 - 150 x /menit
-          Dewasa : 60 - 90 x /menit

v  Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
Frekuensi Pernapasan Normal :
-          Bayi : 25 - 50 x /menit
-          Anak : 15 - 30 x /menit
-          Dewasa : 12 - 20 x /menit

v  Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.

3.      Riwayat Penderita / Informasi Penderita
Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban dengan penyakit.
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
Menyangkut sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita.

O = Obat-obatan yang diminum.
Menyangkut Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.

M = Makanan/minuman terakhir
Menyangkut Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan kemudian di rumah sakit.

P = Penyakit yang diderita
Menyangkut Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu.

A = Alergi yang dialami.
Menyangkut penyebab kelainan pada korban ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya

K = Kejadian.
Menyangkut Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit yang diderita saat ini.

4.      Pemeriksaan Berkala / lanjut
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi. Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
Ø  Keadaan respon
Ø  Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
Ø  Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
Ø  Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang tersedia.
Ø  Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
Ø  Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
Ø  Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
Ø  Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman
B.  PERALATAN


Pada dasarnya peralatan dalam pertolongan pertama pada kecelakaan adalah :

v  Penutup Luka misalnya kasa steril
v  Pembalut misalnya pembalut segitiga (mitella) dan pembalut gulung
v  Cairan Antiseptik misalnya alkohol
v  Cairan Pencuci Mata misalnya boorwater
v  Peralatan stabilisasi misalnya bidai dan papan spinal panjang
v  Gunting

v  Senter
v  Tandu
v  Kapas
v  Pinset
v  Jarum & benang
v  Alat Tulis
v  Obat-obatan bagian dalam (tablet)

1.      Perban
Perban adalah bahan yang digunakan untuk menutup luka dengan tujuan untuk membantu menghentikan pendarahan dan menyerap cairan yang keluar dari luka juga mencegah terjadinya kontaminasi kuman.
Bila perban tidak tersedia dapat digunakan bahan lain seperti sapu tangan, sarung tangan, lembaran kain atau pakaian yang bersih. Jika memungkinkan, bahan tersebut disterilkan dengan merebusnya selama 15 menit kemudian baru dikeringkan. Pada saat menutup luka usahakan perban lebih lebar beberapa sentimeter dari pinggiran luka untuk mencegah kontaminasi kotoran atau kuman.
2.      Pembalut / bebat
Bebat atau balutan adalah bahan yang sering digunakan untuk melapis luka sehabis diperban. Kegunaannya adalah untuk menbantu menghentikan pendarahan, mengurangi terjadinya pembengkakan dan mendukung bagian otot yang terluka supaya menyatu kembali.
3.      Mitella (pembalut segitiga)

Ø  Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm
Ø  Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
Ø  Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.







4.      Dasi (cravat)

Ø  Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.
Ø  Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.

Cara membalut:
Ø  Bebatkan pada tempat yg akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
Ø  Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara  sebelum diikat arahnya saling menarik
Ø  Kedua ujung diikatkan secukupnya
5.      Pita (pembalut gulung)
Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah kendor.
Macam  ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
Ø   2,5 cm : untuk jari-jari
Ø   5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
Ø   7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
Ø   10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
Ø   10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):
1.      Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
2.      Pastikan bahwa perban tergulung kencang
3.      Balutan  pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah  satu ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.
4.      Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi dua per tiga bagian sebelumnya.
5.      Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti atau jepitan perban.
6.       Plester (pembalut berperekat)

Ø  Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung dengan lester disebut strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya difiksasi lengan plester.

Ø  Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid, Handyplast dsb).
Cara membalut luka terbuka dengan plester:
1.      Luka diberi antiseptik
2.      Tutup luka dengan kassa
3.      Baru letakkan pembalut plester.
 7.    Kassa Steril
Ø  Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum digunakan.
Ø  Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.
 8.    Bidai
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
Ø  Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
Ø  Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok karena rasa nyeri yang hebat.
Ø  Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga mencegah terjadinya infeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakukan  untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.




C. Penanggulangan Akibat Kecelakaan
 


1.   Pertolongan/Bantuan Hidup Dasar

a)      Pengertian
Bantuan Hidup Dasar digunakan bila terjadi sumbatan jalan napas, tidak menemukan adanya napas dan atau tidak ada nadi. Dalam istilah kedokteran, terdapat 2 kategori ‘mati’:

Mati Klinis
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi. Mati klinis dapat reversible. Penderita mempunyai kesempatan waktu selama 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
Mati Biologis
Kematian  sel dimulai terutama sel otak dan bersifat irreversible, biasa terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung.

b)     Pertolongan
Untuk memudahkan pelaksanaannya maka digunakan akronim A – B – C yang berlaku universal, yakni :

A)    Airway Control (Penguasaan Jalan Napas)
Lidah paling sering menyebakan sumbatan jalan napas pada kasus-kasus penderita ‘tidak ada respon’, karena pada saat penderita kehilangan kesadaran, otot-otot akan menjadi lemas, termasuk otot dasar lidah yang akan jatuh kebelakang sehingga jalan napas menjadi tertutup. Beberapa cara yang dikenal dan sering dilakukan untuk membebaskan jalan napas :
1)      Angkat dagu-tekan dahi
Teknik ini dilakukan pada penderita yang tidak mengalami trauma pada kepala, leher maupun tulang belakang.
Caranya :
Ø  Letakkan tangan anda pada dahi penderita. Gunakan tangan yang paling dekat dengan kepala penderita.
Ø  Tekan dahi sedikit mengarah ke belakang dengan telapak tangan sampai kepala penderita terdorong kebelakang.
Ø  Letakkan ujung jari tangan yang lainnya di bawah bagian ujung tulang rahang bawah
Ø  Pertahankan tangan di dahi penderita untuk menjaga posisi kepala tetap kebelakang.

2)      Perasat pendorongan rahang bawah (Jaw Thrust maneuver)
Teknik ini digunakan sebagai pengganti teknik tekan dahi angkat dagu. Teknik ini digunakan untuk membuka jalan napas bagi penderita yang mengalami trauma pada tulang belakang.
Caranya :
Ø  Berlutut disisi atas kepala penderita, letakkan kedua siku penolong sejajar dengan posisi penderita, kedua tangan memegang sisi kepala.
Ø  Kedua sisi rahang bawah dipegang (jika korban anak atau bayi, gunakan dua atau tiga jari pada sisi rahang bawah).
Ø  Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan rahang bawah ke posisi depan secara perlahan. Gerakan ini mendorong lidah keatas sehingga jalan napas terbuka.
Ø  Pertahankan posisi mulut penderita tetap terbuka.

B)    Breathing Support (bantuan pernapasan / napas buatan )
  Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Ø  Pastikan kepala korban dalam posisi mendongak
Ø  Dengan meletakkan telapak tangan pada dahi, pencetlah hidung korban dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kemudian ambil napas dalam – dalam. Tempelkan mulut Anda pada mulut korban yang terbuka, tiup dengan cepat  2 kali napas penuh. Lepaskan mulut Anda setiap setelah menghembuskan napas dan ambil napas panjang lagi dan tiup lagi.
Ø  Setelah Anda mengembuskan udara ke dalam mulut dan hidung, dekatkan telinga Anda ke hidung korban untuk mendengarkan hembusan napasnya (LDR)
Ø  Lanjutkan pemberian udara kepada korban melalui mulut, hidung atau keduanya sekitar 12 kali hembusan permenit (1 hembusan per 5 detik) untuk korban dewasa, 15 kali hembusan permenit (1 hembusan tiap4 detik) untuk korban anak-anak, 20 kali hembusan permenit  (1 hembusan tiap 3 detik ) untuk bayi.
Ø  Kemudian perhatikan dada korban apakah ada gerakan naik dan turun pertanda dia bernapas, jika dada sudah mulai mengembang hentikan tiupan

“Breating support”

C)    Circulatoring Support (Memulihkan sirkulasi darah)  
Ø  Letakkan bagian dalam salah satu tangan anda di atas bagian tengah dada korban. Taruhlah tangan lainnya di atas tangan yang pertama. Jaga siku anda lurus dan posisi bahu anda tepat di atas tangan anda
Ø  Gunakan berat badan bagian atas (tidak hanya lengan anda) ketika anda mendorong ke bawah (menekan) dada 4 –5,5 cm. Dorong kuat dan cepat-berikan dua tekanan tiap detik atau sekitar 100 tekanan tiap menit 
Ø  Setelah 15 tekanan, miringkan kepala ke belakang-angkat dagu 
Ø  untuk membuka jalan udara. Bersiaplah untuk memberikan 2 pernapasan penyelamat. Jepit ujung hidung dan berikan napas ke mulut korban selama 1 detik. Jika dada naik berikan napas kedua. Jika tidak naik, ulangi memiringkan kepala ke belakang-mengangkat dagu dan berikan napas kedua. Itu satu siklus. Jika ada orang lain selain anda, minta orang tersebut berikan dua napas setelah anda melakukan 15 tekanan.





2.      Pingsan
Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tidur pada seseorang akibat sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah, keracunan, terkejut/kaget, lapar/haus, kondisi fisik lemah, dan lain sebagainya. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, kecelakaan,  lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh),  anemia, dan lain-lain
Gejala umum :
  • Pandangan berkunang-kunang
  • Telinga berdenging
  • Nafas tidak teratur
  • Muka pucat
  • Biji mata melebar
  • Lemas
  • Keringat dingin
  • Menguap berlebihan
  • Tak respon (beberapa menit)
  • Denyut nadi lambat

Penanganan
  • Baringkan korban dalam posisi terlentang
  • Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
  • Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan
  • Beri udara segar
  • Periksa kemungkinan cedera lain
  • Selimuti korban
  • Korban diistirahatkan beberapa saat
  • Untuk mengembalikan kesadaran orang yang mengalami kepingsanan dapat menggunakan bau-bauan yang menyengat dan merangsang seperti minyak wangi, minyak nyong-nyong, anomiak, durian dan lain-lain.
  • Jika wajah orang pingsan itu pucat pasi maka sebaiknya buat badannya lebih tinggi dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat mengalir ke kepala korban pingsan tersebut.
  • Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya dengan bantal atau sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke tubuhnya secara normal.
  • Apabila si korban pingsan tadi muntah, maka sebaiknya miringkan kepalanya agar untah orang itu bisa keluar dengan mudah sehingga jalur penapasan orang itu bisa lancar kembali.
  • Jika orang yang pingsan sudah siuman maka bisa diberi minum seperti kopi atau teh hangat. Jika orangnya diabetes jangan diberi gula dan jika orangnya masih belum kuat memegang gelas atau minum sendiri dengan tangannya harap jangan diberi dulu agar tidak tersedak.
  • Apabila tidak sadar-sadar dan berangsur-angsur membaik / pulih maka sebaiknya hubungi ambulan atau dibawa ke pusat kesehatan terdekat seperti puskesmas, klinik, dokter, rumahsakit, dsb agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.
3.      Perdarahan
a.      Perdarahan Luar
Macam-macam perdarahan luar :
Perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler)
Ø  Perdarahan tidak hebat
Ø  Keluar perlahan – lahan berupa rembesan
Ø  Biasanya perdarahan berhenti sendiri walaupun tidak diobati
Ø  Mudah untuk menghentikan dengan perawatan luka biasa
Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena)
-          Warna darah merah tua
-          Pancaran darah tidak begitu hebat dibanding perdarahan arteri
-           Perdarahan mudah untuk dihentikan dengan cara menekan dan meninggikan anggota badan  yang luka lebih tinggi dari jantung.
Perdarahan dari pembuluh nadi (arteri)
-          Warna darah merah  muda
-          Keluar secara memancar sesuai irama jantung
-          Biasanya perdarahan sukar untuk dihentikan
Penanggulangan perdarahan  luar
Penekanan langsung pada luka
-          Dengan tangan
-          Sebaiknya menggunakan kasa steril atau sapu tangan bersih
-          Balut tekan dengan penekanan pada daerah luka
Menekan pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan
-          Letak pembuluh darah di atas tulang, di bawah kulit. Pada separuh badan
-          terdapat 6 titik dimana pembuluh darah dapat ditekan, yaitu :
a. Arteri Temporalis Superficial
-          Untuk perdarahan pada kulit kepala dan kepala atas.
-          Tempat penekanan : pada pelipis ± 1 cm depan lubang telinga luar
b. Arteri Facialis
-          Untuk perdarahan daerah muka
-          Tempat penekanan : pada rahang bawah ± 1 cm depan sendi rahang
c. Arteri Carotis Communis
-          Untuk perdarahan daerah leher, kepala, muka
-          Tempat penekanan : pada sisi leher
d. Arteri Sub Clavia
-          Untuk perdarahan seluruh lengan
-          Tempat penekanan : pada bagian bawah pertengahan tulang selangka
e. Arteri Brachialis
-          Untuk perdarahan seluruh lengan
-          Tempat penekanan : pada bagian dalam lengan atas ± 5 jari dari ketiak
f. Arteri Femoralis
-          Untuk perdarahan seluruh tungkai bawah
-          Tempat penekanan : pada pertengahan lipat paha.
Tekanan dengan Torniket
Biasanya dilakukan pada :
-  Perdarahan  hebat
-  Tangan/ kaki putus (amputasi)
Tempat yang baik melakukan pemasangan torniket :
-  Pada lengan 5 jari dari ketiak
-  Pada tungkai 5 jari dari lipat paha
Alat – alat :
- Torniket
- Pembalut segi tiga yang dilipat
- Dasi
- Karet ban sepeda
- Sepotong kayu/ pensil
Cara kerja :
- Tempat yang akan dipasang torniket diberi alas kain/ kasa.
- Torniket dililitkan dibuat simpul dan dikencangkan dengan sepotong  kayu
Tanda ikatan sudah kencang
-          Denyut nadi distal tidak teraba
-          Warna kulit pucat kekuningan
-          Perdarahan berkurang atau sampai berhenti
-          Tiap 15 menit ikatan dikendorkan selama ± 1 menit
-          Ikatan harus jelas terlihat
-          Luka ditekan dengan kasa steril
Beberapa hal penting pada pemasangan torniket
-          Bagian yang dipasang torniket tidak boleh ditutup
-          Bagian distal ikatan harus terbuka dan harus diawasi
-          Penderita dengan torniket harus segera dibawa ke RS
-          Bila terjadi amputasi anggota badan, tutup ujungnya dengan kasa  steril, bawa bagian yang putus dalam kantong plastik dengan es menuju
RS.
b.      Perdarahan Dalam
Perdarahan dalam adalah perdarahan yang terjadi di dalam rongga dada, rongga tengkorak dan rongga perut. Biasanya tidak tampak darah mengalir keluar, tapi terkadang dapat juga darah keluar melalui lubang hidung, telinga, mulut dan pelepasan.
Penyebab
- Pukulan keras, terbentur hebat
- Luka tusuk
- Luka tembak
- Pecahnya pembuluh darah karena suatu penyakit
- Robeknya pembuluh darah akibat terkena ujung tulang yang patah.
Gejala
Tergantung jenis pembuluh darah yang terkena, tetapi pada tiap
perdarahan dalam terjadi gangguan umum (shock/ pingsan)
Cara Pertolongan
- Usahakan mencegah terjadinya shock
- Beri banyak minum sebagai pengganti cairan tubuh yang keluar
- Kalau memungkinkan pasang infus
- Usahakan secepatnya dibawa ke RS

4.      Patah Tulang
Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh sehingga tulang menjadi terbelah dan menimbulkan rasa sakit. Jika kita menemukan orang yang tulangnya patah sebaiknya kita harus berhati-hati jika ingin menolongnya karena jika salah  maka cideranya akan bertambah parah.
Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang Dan Cara Menyikapinya :
Ø  Patah Tulang Tertutup
Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa menjadi terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan menusuk daging / kulit hingga menimbulkan luka berdarah.
-          Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
-          Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah.
Ø  Patah Tulang Terbuka
Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya membuat daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek terluka. Patah tulang ini harus benar-benar diwaspadai karena selain mudah infeksi karena luka menganga juga kita bisa tertular penyakit orang yang berdarah tersebut bila tidak berhati-hati.
-          Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
-          Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan mengikat bagian yang terluka dengan kain bersih.
-          Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka.
Ø  Patah Tulang Belakang / Spinal
Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan merasa sakit pada bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka jangan menimbulkan banyak gerakan pada korban agar tidak merusak sumsum tulang belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh permanen. Sebaiknya tunggu ambulan atau petugas medis yang berpengalaman untuk mengurus korban lebih lanjut.
-          Jangan membuat korban banyak bergerak baik berpindah tempat, mengangkat kepala, berdiri, duduk, dsb. Jika tidak mendesak jangan korban patah tulang belakang jangan dipindahkan daritempat semula dan jaga posisi agar tetap dengan kepala lurus ke atas.
-          Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.
-          Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan, meja, dll diangkut minimal dua orang agar stabil.
5.      Luka Bakar
Luka bakar sendiri didefinisikan sebagai luka yang diakibatkan oleh adanya sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (thermal) atau zat-zat yang bersifat membakar.
Berdasar dalamnya, luka bakar dibagi menjadi 3 derajat:

Pengolongan Luka Bakar
Berdasarkan luas lapisan kulit yang mengalami cedera, luka bakar dikelompokkan menjadi:
-          Luka Bakar Derajat Satu (Permukaan) meliputi permukaan kulit yang paling atas (kulit Ari/Epidermis)
-          Luka Bakar Derajat Dua. Sedikit lebih dalam, luka bakar jenis ini biasanya menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.
-          Luka Bakar Derajat Tiga. Lapisan yang terkena tidak terbatas bahkan sampai kedalam tulang dan rongga dalam, dalam tingkat ini tidak terasa sakit karena syaraf telah rusak.
Penanganan Pertama Pada Luka Bakar Secara Umum Adalah
-          Menjauhkan korban dari sumber panas; bisa api, pakaian basah tersiram air panas/kuah sayuran, pakaian terbakar, listrik, bahan kimia, dan sebagainya. Api yang masih membara pada tubuh atau pakaian dimatikan dengan handuk atau karung basah. Jika pakaian korban bisa dibuka, segera dilepas karena sudah menjadi sumber panas juga. Lepaskan juga perhiasan, jam tangan, cincin, ikat pinggang.
-          Untuk luka bakar kecil, dijaga agar tidak infeksi. Pertolongan yang baik adalah segera merendam bagian yang terluka dengan air dingin.
-          Bila lebih luas, segera guyur dengan air mengalir untuk mengurangi panas dan mencegah kerusakan terjadi lebih luas. Tidak perlu air es karena bisa meningkatkan kemungkinan shock akibat penurunan temperatur. Sebisa mungkin harus dimulai tidak lebih dari 30 menit sejak terjadinya luka.
-          Luka bakar akibat bahan kimia memerlukan netralisasi dengan air mengalir selama 15-30 menit. Baju yang terkena harus segera dibuka untuk mencegah kontak lebih lanjut bahan kimia dengan kulit.
-          Bila disebabkan oleh aliran listrik, sumber listrik harus diputus dahulu atau korban dijauhkan dari sumber listrik, baru luka diguyur air. Menyiram air pada korban luka bakar listrik yang masih menempel pada arus listrik, adalah berbahaya. Karena dapat mengalirkan listrik ke orang sekitar. Putuskan aliran listrik dengan menarik kontak atau melepas sekering. Lalu lepaskan penderita dari bahan yang mengandung aliran listrik dengan bahan isolator, misalnya; sepotong dahan kering atau papan. Penolong pun harus terisolasi, misalnya dengan berdiri di atas papan kering, tumpukan koran atau pakaian kering.
-          Luka bakar yang luas (lebih dari 10% tubuh mengalami luka bakar derajat dua, atau lebih dari 1% tubuh mengalami luka bakar derajat tiga), harus segera dibawa ke rumah sakit.
-          Luka bakar yang mengenai wajah, leher, jalan napas, tangan, kaki, kemaluan, harus segera dibawa ke rumahsakit.
-          Usahakan tidak menekuk seluruh atau bagian tubuh yang terkena luka bakar. Misalnya; tangan jangan menggenggam, siku jangan ditekuk, kepala jangan menunduk, dan lain-lain. Bagi luka bakar yang besar, posisi menekuk akan berpengaruh pada bentuk anggota tubuh setelah luka bakar sembuh karena kulit akan mengkerut mengikuti posisi tekukan. Luka bakar memang akan menimbulkan kerutan pada kulit, tetapi tidak menekuk anggota badan berarti mengurangi tingkat keparahan luka bakar.
-          Jika penderita kehilangan kesadaran sementara memanggil tenaga kesehatan, bila mampu lakukan resusitasi jantung paru dan pernafasan buatan.

Larangan Dalam Luka Bakar
-          Jangan sekali-kali mengobati luka bakar dengan mengoleskan pasta gigi, mentega, minyak, kecap, air kapur, dan semacamnya. Bahan-bahan tersebut bisa mengakibatkan infeksi. Yang paling tepat, luka bakar ringan dan sedang ditolong dengan cara menyiram atau merendamnya dalam air dingin.
-          Jangan memecahkan gelembung kulit yang timbul akibat luka. Biarkan gelembung tertutup untuk mencegah terjadinya infeksi.
-          Jangan membalut luka dengan kapas karena akan melekat pada luka. Untuk luka bakar ringan dan sedang, ditutup dengan balutan kering

6.      Gigitan Ular Berbisa
Perlu diketahui ular yang berbisa tinggi dan mematikan memiliki tipe gigi Proteroglypha dan Solenoglypha. Jika manusia tergigit kelompok ular ini, prinsipnya adalah segera mengeluarkan bisa keluar dari tubuh, hambat  laju racun ke jantung serta  secepat mungkin mendapatkan pertolongan pertama yang tepat dan benar.
a.      Perbedaan ular berbisa tinggi dan rendah
Jika kita mengamati dengan teliti, ada beberapa hal yang dapat membedakan ular yang berbisa tinggi dan berbisa rendah. Namun, beberapa ciri berikut masih belum secara tepat menunjukkan tingkatan bisa ular, sehingga perlu pengamatan dan penelitian lebih lanjut.
Ular berbisa rendah
- Gerakannya cepat, takut pada musuh, agresif
- Beraktifitas pada siang hari (diurnal)
- Membunuh mangsanya dengan membelit
- Bentuk kepalanya bulat  telur (oval)
- Tidak memiliki taring bisa
- Gigitannya tidak mematikan
- Setelah menggigit langsung lari

Ular berbisa tinggi               
- Gerakannya lambat, tenang, penuh percaya diri
- Beraktifitas pada malam hari (nocturnal)
- Membunuh mangsanya dengan menyuntikkan bisa
- Bentuk kepalanya cenderung segitiga sempurna
- Memiliki taring bisa, racun mematikan
- Kanibal
- Setelah menggigit, masih tinggal ditempat
Pengecualian
Berikut ini yang tidak sesuai dengan ketentuan :
- berbisa tinggi, tetapi kepalanya oval (bulat telur), agresif, keluar siang, malam :
1. Ular King Kobra - Ophiophagus hannah
2. Ular Kobra Naja naja sputratix
- berbisa tinggi, tetapi kepala oval, gerakan tenang
3. Ular weling - Bungarus candidus
4. Ular welang - Bungarus fasciatus
5. Ular picung/pudak seruni
6. Semua jenis ular laut
- tidak berbisa, keluar malam hari, gerakan lamban
7. Semua jenis ular phyton dan ular boa
8. Ular Pelangi - Xenopeltis unicolor
b.      Penanganan Pertama Gigitan Ular
-          Jangan Panik
-          Amankan posisi penolong dan korban. Terutama dari bahaya lain seperti gigitan ular itu “lagi”, lokasi yang curam, dll. Jika diri sendiri yang tergigit, ambil posisi yang aman, jauhi ular.
-          Imobilisasi korban dan Lakukan pembalutan elastic di atas luka gigitan untuk menghentikan dan memperlambat laju bisa menuju ke jantung.
-          Tenangkan korban, jangan banyak melakukan  aktifitas/gerakan yang menguras tenaga dan mempercepat detak jantung
-          Lima Kenali ular yang menggigit (Langkah Vital Dan Penting )
-          Enam Lakukan tindakan pertolongan pertama
c.       Mengidentifikasi Luka Gigitan
-          Jika dapat mengenali ular, sesuaikan tindakan pertolongan sesuai dengan karakter efek bisa nya terhadap manusia.
-          Jika luka gigitan terdapat dua titik yang nyata, berarti berbisa tinggi. Jika luka gigitan membentuk huruf U dengan jumlah luka banyak berarti tidak berbisa
-          Jika tidak dapat mengenali jenis ular, anggap bahwa itu ular yang berbisa tinggi dan mematikan. Selanjutnya, usahakan untuk menghafalkan ciri – ciri ular itu dan jika perlu, bunuh ular tersebut untuk di bawa ke bagian medis .
d.      Penanganan Lanjutan
Penanganan gigitan ular tidak berbisa
Lepaskan pembalut elastis
Cuci luka dengan air dan sabun atau pembersih luka (Revanol)
Beri obat antiseptik.
Jika perlu, tutup luka dengan kain kassa atau biarkan tetap terbuka agar cepat kering
Penanganan gigitan ular berbisa menengah
      Akan mengakibatkan pembengkakan pada daerah sekitar luka, perubahan warna, dan jika kondisi tubuh tidak fit, akan terasa demam panas – dingin sekitar 2 - 7 hari.
Lepaskan pembalut
Cuci luka dengan pembersih luka yang ada (revanol)
Beri antiseptik
Jika perlu, tutup luka dengan kain kassa atau biarkan tetap terbuka agar cepat kering
Usahakan korban beristirahat sebentar
Beri makanan atau minuman berkalori dan berprotein tinggi
Beri vitamin tambahan
Bila tergigit ular jenis raksasa, ular pyhton
Mengakibatkan pendarahan terbuka dan luka sobek.
Posisikan bagian luka di atas dari posisi jantung untuk mencegah pendarahan, lebih baik dalam posisi berbaring
Hentikan Pendarahan ! dengan melakukan prosedur penanganan pendarahan terbuka atau dapat pula dengan teknik torniquet.
Istirahatkan dan tenangkan korban
Upayakan untuk evakuasi ke rumah sakit dengan tetap memperhatikan pendarahan agar tidak terbuka lagi.
Beri makanan atau minuman berkalori dan berprotein tinggi
Beri vitamin tambahan
Penanganan Ular Berbisa Tinggi
Ciri-Ciri
o Pembengkakan pada luka, diikuti perubahan warna
o Rasa sakit di seluruh persendian tubuh
o Mulut terasa kering
o Pusing, mata berkunang - kunang
o Demam, menggigil
o  Efek lanjutan akan muntah, lambung dan liver (hati) terasa sakit, pinggang terasa pegal, akibat dari usaha ginjal membersihkan darah.
Penanganan
Posisikan bagian yang terluka lebih rendah dari posisi jantung
Ikat diatas luka sampai berkerut. Setiap 10 menit, kendorkan 1 menit
Buat luka baru dengan kedalaman sekitar 1 cm dengan pisau, cutter, silet (yang disterilkan atau tidak, tergantung situasi). Buat luka pada mulai dari bagian atas, melalui lubang luka akibat taring. irisan luka baru jangan horisontal tetapi vertikal.
Keluarkan darah sebanyak mungkin dengan cara mengurut kearah luka baru. korban akan terasa sangat kesakitan, sehingga perlu dilakukan dengan hati – hati tetapi tetap berlanjut. Saat mengurut, ikatan dapat dikendorkan. Upaya pengeluaran dapat dibantu dengan alat khusus “snake bite”, alat suntik (tanpa jarum), batang muda pohon pisang, teknik menggunakan tali senar, dll.
Tidak dianjurkan melakukan proses pengeluaran darah dan racun dengan menyedot melalui mulut. Karena itu sangat beresiko pada si penolong karena racun dapat mengkontaminasi mulut, gigi, gusi bahkan tertelan hingga lambung dan usus.
Proses itu dilakukan berulang –ulang hingga darah berwarna merah kehitaman dan berbuih keluar semua dan berganti dengan darah berwarna merah segar.
Evakuasi korban. Bawa ke ahli ular untuk penanganan pengeluaran bisa ular lebih lanjut atau dapat pula dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan suntikan antivenom yang tepat. Usahakan mendapatkan antivenom monovalen sesuai karakter bisa ular yang menggigit (haemotoxin atau neurotoxin)
Informasikan pada dokter bila korban elergi terhadap obat tertentu, identifikasi.
Catatan : Tidak semua efek gigitan berbisa tinggi seperti di atas. Jika yang diserang hanya syaraf, maka tidak terjadi pembangkakan, demam, pusing, muntah dll. Penanganan gigitan ular welang, ular weling, ular laut, ular pudak seruni membutuhkan teknik khusus karena spesifikasi racunnya berbeda.

3 komentar: